Pendahuluan
Saat ini, para
ahli memiliki berbagai sebutan untuk generasi muda (masa kini), yang dianggap
sesuai (atau menggambarkan) karakteristik dari generasi muda (masa kini). Beberapa di antaranya : generasi “X”,
generasi “Y” (generasi millennium), generasi “Z”, generasi “iY”, dan
sebagainya.
Tapi, dalam
pandangan saya, sebutan yang paling tepat untuk generasi ini adalah : generasi “G” (generasi GALAU). Karena…
- Generasi ini mudah merasa GALAU, khususnya saat menghadapi kesulitan atau pergumulan (dalam pekerjaan, study, relasi, dsb).
- Generasi ini menyukai hal-hal yang berbau GALAU, seperti : musik GALAU, warna-warna GALAU, dsb.
- Generasi ini suka mengekspresikan ke-GALAU-an mereka dengan berbagai macam cara, seperti : pasang status “tidak jelas”, suka menyanyikan lagu GALAU, dsb.
Apa itu
GALAU ?
GALAU adalah
situasi hati dan/atau pikiran yang kacau saat sedang menghadapi pergumulan,
atau saat hidup tidak berjalan seperti yang diinginkan.
Yang menarik, meski
perasaan GALAU muncul karena pergumulan, tapi (pada kenyataannya) banyak orang
merasa GALAU karena hal-hal kecil, yang (sebenarnya) tidak penting untuk
di-GALAU-kan. Seperti : masalah jerawat,
cuaca mendung atau panas, baju yang nggak matching,
dsb.
Tapi, apapun
penyebabnya, rasa GALAU menghapus sukacita dari hati kita. Karena itu, pertanyaan : Apa yang kita harus
lakukan supaya tidak GALAU dalam situasi apapun ?
Mazmur 63
Dalam Mazmur 63,
pemazmur berbagi tips untuk mengatasi
ke-GALAU-an, yaitu : membangun relasi dengan Tuhan.
Mengapa kita
harus membangun relasi dengan Tuhan ? Karena Tuhan adalah pribadi yang setia
(Mazmur 63:4). Dalam kesetiaan-Nya …
a.
Tuhan memuaskan kerinduan kita dengan hadir
dalam hidup kita (Mazmur 63:2-3);
b.
Tuhan tidak akan pernah meninggalkan kita dalam
suka maupun duka;
c.
Tuhan selalu merancang yang terbaik dalam
kehidupan kita (Roma 8:28);
d.
Tuhan menolong, melindungi dan membela kita
dari musuh-musuh kita (Mazmur 63:8-9);
e.
Tuhan menyerahkan nyawa-Nya demi membebaskan
kita dari dosa (Yohanes 3:16).
Dan, karena
kesetiaan-Nya, Tuhan selalu menepati janji-janji-Nya dalam kehidupan kita (2
Petrus 3:9) .
Kalau Allah yang
setia hadir dalam kehidupan kita (sama seperti DIA hadir dalam kehidupan
pemazmur), maka kita tidak perlu GALAU lagi.
Sebaliknya, kita harus memuji dan bersorak sorai bagi Allah yang setia
(Mazmur 63:5-9).
Pertanyaan : Apakah kita percaya kepada
Allah ? Dan, apakah kita percaya kalau
Allah hadir dalam kehidupan kita ?
Kalau kita
sungguh-sungguh percaya, maka : apapun dan sebesar apapun pergumulan yang kita
hadapi saat ini …
a. serahkanlah semuanya kepada Tuhan. Jangan lagi mengandalkan kekuatan sendiri,
tetapi percayalah pada kekuatan Allah.
b. carilah rencana Tuhan dalam kehidupan kita. Karena, di balik semua pergumulan kita, Allah
sudah merancang sedemikian rupa, supaya kita dapat menerima yang terbaik dari
Allah.
c. berjalanlah sesuai dengan pimpinan Allah. Karena pimpinan Allah tidak pernah salah.
Kalau kita
memiliki relasi yang intim dengan Allah, maka semua perasaan GALAU pasti dapat
kita lalui. Dan, hati kita akan dipenuhi
oleh sukacita.