Minggu, 15 Juni 2008

Tetap Percaya Walau Tertindas (Mazmur 116)


Woody Allen, seorang sutradara, actor dan penulis, pernah mengatakan, “Hidup penuh dengan kesedihan, kesendirian dan penderitaan.
Ungkapan ini, paling tidak menyatakan kepada kita bahwa kesulitan dan kehidupan memiliki kaitan yang sangat erat. Di mana ada kehidupan, di situ pasti ada kesulitan. Dan, fakta ini dialami oleh semua orang.
Hal ini ditegaskan oleh William Feather, seorang penulis buku, yang pernah mengatakan, “Tidak ada satupun yang terjadi dalam hidupmu yang tidak terjadi dalam hidup orang lain.
Jadi, semua orang pasti akan mengalami pergumulan dalam hidupnya. Perbedaannya hanya ada 2, yakni: (1) “Apa masalahnya?” dan (2) “Apa yang mereka lakukan saat berada dalam kesulitan/ pergumulan?”
Apa yang akan kita lakukan saat menghadapi kesulitan? Saya yakin ada banyak jawaban pilihan. Namun, di antara sekian banyak pilihan, pemazmur memilih untuk tetap percaya kepada Tuhan.
Kenapa ? Ada 2 Alasan mengapa pemazmur memilih untuk tetap percaya kepada Tuhan.

Pertama, karena ia percaya Tuhan peduli kepadaNya.
Kehidupan pemazmur, ternyata, tidak jauh berbeda dari kehidupan kita. Pemazmur juga mengalami kesulitan, yang menyebabkan ia putus asa dan kehilangan harapan hidup (ay 3).
Namun, yang menarik, dalam situasi seperti itu, pemazmur menyatakan bahwa ia tetap mengasihi Tuhan.
Kenapa ? Karena pemazmur percaya kalau Tuhan senantiasa mendengar seruannya minta tolong (ay 2).
Bahkan lebih dari itu, dalam bahasa aslinya, kata “mendengar” juga mengandung unsur “memperhatikan”. Artinya, Tuhan bukan hanya “mendengar” sambil lalu, setelah itu melupakan apa yang telah Ia dengar. Tapi Ia mendengar dengan seksama setiap seruan sang pemazmur. Seakan tak ingin kehilangan satu katapun yang terucap dari mulut sang pemazmur.
Kenapa Tuhan mau melakukan hal itu? Tidak lain, karena Tuhan peduli kepada seruan orang yang lemah dan sederhana (ay 6), orang-orang yang membutuhkan pertolonganNya.
Kalau Tuhan peduli kepada pemazmur, Tuhan pun peduli kepada kita. Kalau Tuhan mau mendengar setiap seruan dan doa sang pemazmur, Tuhan pun mau mendengar seruan dan doa kita. Karena Ia peduli kepada kita.

Kedua, karena ia percaya Tuhan akan menolongnya.
Satu perbedaan yang dilihat oleh pemazmur saat ia membandingkan Tuhan dengan orang-orang yang ia kenal adalah “Tuhan tidak pernah berbohong”.
Ya…Tuhan tidak pernah berbohong. Pemazmur mengalami sendiri bagaimana Tuhan menolongnya. Saat semua orang tidak peduli dan meninggalkannya. Tuhan tetap ada di sisinya dan menolong dia (ay 7-8, 11).
Karena itu, sang pemazmur tahu kepercayaannya kepada Tuhan tidak sia-sia.

Mengapa orang sulit untuk percaya pada Tuhan ?
Pertama, karena mereka mengukur kasih Tuhan berdasarkan pengalaman dan keadaan mereka.
Kalau mereka mengalami sesuatu yang (mereka anggap) buruk, berarti Tuhan tidak mengasihi mereka. Tapi, kalau mereka mengalami sesuatu yang (mereka anggap) baik, berarti Tuhan mengasihi mereka.
Satu hal yang seringkali kita lupa, yakni kasih Tuhan tidak bergantung pada keadaan kita. Ia senantiasa mengasihi kita baik saat kita berada dalam suka atau duka.
Karena Ia mengasihi kita, Ia mengijinkan kita mengalami dukacita kalau itu membawa dampak yang positif buat kehidupan kita.
Sebaliknya, Ia akan menghindarkan kita dari sukacita, kalau itu membawa dampak negatif buat kehidupan kita.
Karena itu, percayalah kepada Tuhan. Jangan ukur kasihNya berdasarkan keadaan atau pengalaman kita. Karena kasih Tuhan jauh lebih besar dari semua itu.

Kedua, karena mereka memiliki pegangan hidup yang lain.
Apa itu ? Bisa diri sendiri, bisa materi, mungkin juga kepandaian, atau relasi, dsb.
Permasalahannya, semua pegangan itu tidak menjamin kita bisa melalui kesulitan-kesulitan hidup kita. Karena tidak jarang, kesulitan itu melampaui kemampuan kita untuk mengatasinya.
Namun, ada satu pegangan yang bisa menolong kita, yakni Tuhan. Ia mampu menolong kita melalui setiap kesulitan-kesulitan hidup kita.

Pertanyaannya, maukah kita berpegang padaNya?
Google
WWW Blog ini