Sabtu, 08 November 2008

Iri Hati (Keluaran 20:17)

Apa itu iri hati?

a. Seorang Biksu berkata, “Iri hati selalu muncul dari diri orang yang tidak pernah merasa puas, menyukuri apa yang dimilikinya sekarang, sehingga selalu muncul perasaan ingin menguasai apapun yang menjadi hak milik orang lain.

b. Aristoteles, seorang filsuf, mendefinisikan iri hati sebagai “rasa sakit yang disebabkan oleh nasib baik orang lain

Dari kedua definisi tersebut, kita bisa menyimpulkan bahwa “iri hati” berkaitan dengan “keinginan”. Keinginan yang salah.

Mengapa disebut salah? Paling tidak ada 2 alasan, yakni :

a. Karena keinginan itu berakar pada hawa nafsu (Yakobus 4:1-3)

b. Karena keinginan itu difollow up dengan cara-cara yang salah, seperti mencuri, mencontek, dsb. Contoh: kisah Kain dan Habel (Kejadian 4:1-8)

Bagaimana tanggapan Alkitab? Firman Tuhan dengan jelas berkata, “Jangan mengingini rumah sesamamu; jangan mengingini isterinya, atau hambanya laki-laki, atau hambanya perempuan, atau lembunya atau keledainya, atau apapun yang dipunyai sesamamu." (Keluaran 20:17)

Jelas, Alkitab melarang kita untuk merasa iri pada orang lain. Kenapa ?

a. Tuhan ingin kita hidup dalam kasih, bukan iri hati

Sebenarnya, dunia seperti apa yang Tuhan inginkan ? Tuhan menginginkan dunia yang dipenuhi oleh kasih. Buktinya ?

· Matius 22:37-40, Tuhan Yesus mendorong kita untuk mengasihi Allah dan sesama. Kedua hukum inilah yang menjadi inti dari firman Tuhan

· Yohanes 3:16, Allah mengasihi manusia, dan Ia membuktikannya dengan memberikan anak tunggalNya sebagai korban penebusan kita. Dan, Tuhan ingin kita mengasihi sesama sama seperti Tuhan mengasihi kita (1 Yohanes 3:16)

· Dsb

Semua ayat tersebut menekankan hal yang sama, yakni KASIH. Tuhan mendorong kita untuk saling mengasihi dengan tujuan agar dunia dipenuhi oleh kasih, bukan kebencian, dengki, apalagi iri hati.

Perasaan “iri hati” tidak akan pernah membawa dampak yang positif bagi sebuah hubungan. Sebaliknya, “iri hati” akan merusak sebuah hubungan.

b. Tuhan ingin kita bersyukur, bukan iri hati

Iri hati dimulai dengan sebuah asumsi bahwa Tuhan sudah bersikap tidak adil. Karena, menurut kita, Tuhan memberi orang lain lebih “banyak” atau sesuatu yang lebih “baik” daripada kita.

Benarkah Tuhan sudah bersikap tidak adil? Mengapa Tuhan memberi berkat dengan “porsi” yang berbeda-beda?

Tuhan sudah adil. Karena Ia sudah memberi “porsi yang sama” pada semua orang. Yang dimaksud dengan “SAMA”, tidak berbicara tentang kuantitas, tapi berbicara tentang kapasitas.

Secara kuantitas, mungkin berbeda. Tapi Tuhan memberi sesuai dengan kapasitas kita untuk menerimanya.

Dalam perumpamaan tentang Talenta, Tuhan Yesus berkata bahwa “tuan itu memberi talenta yang berbeda-beda kepada hambaNya, sesuai dengan kemampuan mereka” (Matius 25:15).

Kalau kebenaran ini kita kaitkan dengan berkat-berkat yang telah kita teriman, maka kita bisa menarik kesimpulan bahwa “Tuhan memberikan berkat sesuai dengan kapasitas kita masing-masing.”

Analogi: Kalau kita seorang anak berusia 5 tahun, tentu tidak bisa makan sebanyak orang berusia 20 tahun. Orang tua yang memaksa anak balitanya makan sebanyak orang usia 20 tahun, bukanlah orang tua yang baik.

Demikian pula, saat Tuhan memberi berkat kepada kita. Tuhan memberi berkat sesuai kapasitas kita untuk menerimanya. Ia tahu (mungkin) kalau ia memberi terlalu banyak, kita akan sombong dan terjebak dalam hawa nafsu.

Mengetahui hal ini, Tuhan memberkati kita dengan memperhatikan seberapa besar kemampuan kita untuk menerimanya. Semuanya adalah demi kebaikan kita.

Karena itu, dalam 1 Tesalonika 5:18, firman Tuhan berkata, “Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.

Tuhan menghendaki kita mengucap syukur bukan hanya saat menerima banyak berkat, atau saat penuh sukacita, tapi juga saat menghadapi banyak pergumulan, atau saat penuh dengan air mata.

Sikap seperti ini baru akan nampak, kalau kita mendasari kehidupan kita dengan sebuah keyakinan bahwa Tuhan mengasihi kita dan Ia pasti bersikap “adil” kepada setiap orang yang dikasihiNya.

Google
WWW Blog ini