Kamis, 19 Februari 2009

Pimpinan Tuhan Tidak Pernah Salah (Keluaran 15:22-27)

Seandainya Anda diminta menggambarkan kehidupan, gambaran seperti apa yang terbayang dalam benak Anda?
Saya percaya pasti ada banyak jawaban, dan (mungkin) berbeda satu sama lain.
(Mungkin) ada yang membayangkan kehidupan seperti “naik sepeda”. Ada kalanya “naik”, ada kalanya “turun”. Ada kalanya bahagia, ada kalanya kita menghadapi duka.
(Mungkin) ada yang membayangkan kehidupan seperti “menulis pada selembar kertas.” Karena, kita punya sebuah pemahaman bahwa apa yang kita lakukan, pikirkan, katakan, dsb, seperti menulis di atas selembar kertas putih, menentukan hasilnya dan tidak dapat dihapus.
Dan sebagainya…
Semua penggambaran itu tidak ada yang salah, karena setiap penggambaran berasal dari cara kita memandang kehidupan itu sendiri.
Tapi, secara pribadi, kalau, saat ini, saya diminta menggambarkan kehidupan, maka saya akan menggambarkan kehidupan seperti “segelas kopi”.

Mengapa ? Secara pribadi, saya melihat kehidupan tidak dapat dipisahkan dari pergumulan, kesulitan, masalah, dsb. Kadangkala, hal-hal itu meninggalkan rasa “pahit” dalam hati sama seperti segelas “kopi”, yang ketika diminum, meninggalkan rasa pahit di lidah.
Tidak heran, kalau ada begitu banyak orang yang, kalau boleh memilih, menginginkan kehidupan yang lancer, tanpa masalah. Namun, kenyataannya, tidak ada seorangpun yang dapat menghindari yang namanya kesulitan/ pergumulan.

Namun, kita bisa membuat hidup yang terasa “pahit” itu, menjadi “manis”. Rahasianya adalah “terbuka pada pimpinan Tuhan”
Mari kita perhatikan perikop yang telah kita baca bersama.

Keluaran 15:22-27
Dalam perikop ini, Tuhan menyuruh bangsa Israel berjalan melewati padang gurun Syur. Setelah 3 hari berjalan di padang gurun, di bawah panas terik matahari, persediaan air mereka mulai habis. Tapi, tak satu pun mata air yang mereka temukan, sampai, akhirnya, Tuhan memimpin mereka ke Mara.
Dalam keadaan haus, lelah karena berjalan jauh, dan panas karena terik matahari, saya membayangkan, mereka berlomba-lomba memperebutkan air itu. Tapi, betapa kecewanya mereka, ternyata air itu tidak dapat diminum, karena rasanya pahit.
Bayangkan, dalam keadaan haus dan lelah, mereka memiliki harapan, tapi ternyata berakhir pada kekecewaan. Tidak heran, kalau mereka bersungut-sungut kepada Tuhan. Dan, bagi saya secara pribadi, hal itu sangat wajar…
Tapi, mereka tidak hanya sekedar bersungut-sungut. Mereka kecewa dan menyalahkan Tuhan, karena mereka merasa Tuhan telah membawa mereka kepada penderitaan, bukan kebahagiaan seperti yang telah Ia janjikan.
Pertanyaan: Benarkah Tuhan memimpin Israel kepada penderitaan? Sekilas memang terlihat demikian.
Namun, yang menarik, setelah mendengar sungut-sungut Israel, Tuhan mengubah air itu menjadi manis sehingga dapat diminum.
Sampai pada titik ini, saya belajar 2 hal, yakni :

1.Pimpinan Tuhan tidak pernah salah
Kenapa Tuhan memimpin Israel ke Mara? Alasan yang paling mendasar adalah karena Israel membutuhkan air.
Namun, ternyata ada alasan yang lain, yakni Tuhan ingin menguji umatNya: Apakah mereka tetap percaya saat menghadapi “kepahitan”? Percaya bahwa pimpinan Tuhan tidak pernah salah?
Ujian yang sama juga ditujukan kepada kita. Kadangkala, Tuhan terlihat memimpin kita ke arah yang salah, tapi di balik semua itu, sebenarnya, Tuhan sedang menguji kita untuk melihat apakah saat kita menghadapi pergumulan, kita tetap percaya kepadaNya?
Percaya bahwa pimpinan Tuhan tidak pernah salah, dan pasti ada maksud yang baik dalam setiap hal yang kita alami dalam hidup kita

2.Tuhan mampu mengubah kepahitan dalam hidup kita
Selain keyakinan bahwa Tuhan tidak pernah memimpin kita ke arah yang salah, kita pun harus memiliki keyakinan bahwa Tuhan mampu mengubah kepahitan dalam hidup kita.
Tentu, bukan berarti hidup kita akan “lepas” dari masalah. Tapi, di tengah pergumulan-pergumulan hidup kita, kita tidak sendiri. Tuhan ada di sisi kita, memimpin dan menyertai kita.
Bahkan, bukan hanya memimpin, Tuhan juga memberikan jalan keluar, saat kita menghadapi jalan buntu. Tuhan juga memberi kekuatan, saat kita jatuh ke dalam keputusasaan.
Sehingga, apapun yang kita hadapi, kita tidak perlu khawatir/takut/cemas. Karena ada Tuhan di sisi kita. Keyakinan inilah yang akan membuat hidup kita terasa manis, meski kita menghadapi pergumulan seberat apapun.
Karena itu, apapun yang kita hadapi, jangan ragu untuk tetap percaya kepada Tuhan.

Tidak ada komentar:

Google
WWW Blog ini