Jumat, 25 Januari 2008

Temptation (Matius 4:1-11) - 2


Berbicara adalah perkara yang mudah, tetapi melakukan apa yang kita katakan tidaklah sama. Terbukti, dalam banyak kesempatan, kita tidak melakukan apa yang telah kita katakan.
Namun, kita tidak perlu berkecil hati, karena fakta ini bukan hanya terjadi pada diri kita, tetapi dialami hampir oleh semua orang. Sehingga, secara umum, orang tidak lagi mempercayai sebuah pernyataan lisan, dan selalu menuntut ada pernyataan tertulis, hitam di atas putih.
Keraguan seperti ini sangatlah wajar, melihat kenyataan yang ada. Firman Tuhan pun mengatakan, “Orang yang tak berpengalaman percaya kepada setiap perkataan, tetapi orang yang bijak memperhatikan langkahnya” (Amsal 14:15) untuk mengingatkan kita agar bijaksana dalam memilah perkataan yang benar dan yang salah, yang bisa dipegang dan yang tidak bisa dipegang.
Namun, tanpa kita sadari, kita tidak hanya meragukan apa yang dikatakan oleh orang-orang di sekitar kita, tetapi kita juga meragukan apa yang telah difirmankan oleh Tuhan. Dan, keraguan inilah yang sering dipakai oleh Iblis untuk merusak relasi kita dengan Allah.
Tuhan Yesus memahami hal ini. Karena itu, Ia mengingatkan kita supaya kita tidak mempertanyakan atau meragukan apa yang telah Tuhan firmankan, karena Tuhan pasti akan menggenapi setiap firmanNya.

Pemahaman Alkitab
Ss, setelah gagal menjebak Tuhan Yesus, Iblis pun merubah strateginya dengan mengutip Mazmur 91:11-12. Dalam Mazmur 91, Tuhan berjanji akan melindungi umatNya dari bahaya (Mazmur 91:9-13).
Iblis tahu itu, dan ia meminta Tuhan Yesus untuk terjun dari bumbungan Bait Allah dan membuktikan apakah Allah akan menatang Dia seperti yang telah difirmankanNya atau akan membiarkan Tuhan Yesus jatuh.
Sebenarnya, kedua pilihan itu tidak ada satupun yang baik. Karena kedua pilihan itu didasarkan pada keraguan apakah Allah akan menepati janjiNya atau tidak. Dan, apapun pilihan yang Tuhan Yesus ambil akan merusak hubunganNya dengan Allah, karena Tuhan Yesus telah meragukan firman Allah.
Tuhan mengetahui hal itu. Karena itu, Ia mengutip Ulangan 6:16, “Janganlah engkau mencobai Tuhan, Allahmu!” (ayat 7). Tujuannya, mengingatkan kita supaya kita senantiasa percaya dan memegang teguh janji-janji Allah (Roma 15:4; Kolose 1:23), karena Tuhan yang menjanjikannya adalah Allah yang setia (2 Timotius 2:13; Ibrani 10:23), yang senantiasa akan menepati setiap firmanNya (Nehemia 9:8; 2 Petrus 3:9).

Refleksi :
Apakah kita sungguh-sungguh percaya pada janji-janji Tuhan?

Tidak ada komentar:

Google
WWW Blog ini