Rabu, 28 November 2007

2 Petrus 1:16-20 (Nopember 29, 2007)


“Di mana kebenaran diberitakan, pasti ada penyesatan.” Salah satu buktinya tercatat di dalam sejarah Kekristenan, di mana ada banyak ajaran sesat yang berkembang di tengah-tengah umat Tuhan dengan kedok “kebenaran firman Tuhan”.

Fenomena ini, sebenarnya, tidak akan menimbulkan masalah, apabila orang-orang Kristen memegang teguh iman mereka dan memahami dengan baik kebenaran yang mendasari iman mereka.

Tapi, pada kenyataannya, tidak banyak orang-orang Kristen yang memiliki pemahaman yang baik tentang firman Tuhan. Akibatnya, tidak sedikit yang tersesat dalam kebenaran-kebenaran yang palsu.

Berbeda dari mereka yang tersesat dalam kepalsuan, Petrus tidak tertipu oleh “dongeng-dongeng isapan jempol” (1:16) yang berkembang pada saat itu. Karena ia telah menyaksikan sendiri kebesaran, kehormatan, dan kemuliaanNya (1:17-18), dan semua itu diteguhkan firman Tuhan yang telah disampaikan oleh para nabi (1:19).

Kita mungkin tidak dapat menyaksikan secara langsung kebesaran, kehormatan dan kemuliaanNya sama seperti Petrus. Tapi apa yang dinyatakan oleh firman Tuhan ‘cukup’ untuk memperkokoh iman kita. Karena itu, Petrus menasihati supaya kita memperhatikan dan mempelajari firman Tuhan dengan baik dan benar (1:19b-21).

Namun, saat ini, banyak orang Kristen yang merasa ‘tidak cukup’ hanya dengan firman Tuhan. Lalu mereka menambahnya dengan pengalaman-pengalaman iman yang sifatnya supranatural, seperti mujizat-mujizat, pengalaman ke surga dan neraka, berbahasa roh, dst.

Tanpa sadar, mereka menyatakan bahwa firman Tuhan saja tidak cukup, harus ada pengalaman-pengalaman rohani yang melengkapinya. Dan, tanpa sadar, meletakkan pengalaman rohani sebagai standar kebenaran, menggeser firman Tuhan.

Kenyataan ini sangat menyedihkan. Karena orang-orang seperti itu tidak menyadari kalau mereka sedang dibuai oleh penyesatan-penyesatan model baru, yang bernuansa Kristiani. Padahal, cara seperti ini, yakni dengan menggunakan ayat-ayat firman Tuhan, pernah digunakan oleh Iblis untuk mencobai Tuhan Yesus (Matius 4:6). Karena itu, pemahaman yang benar tentang firman Tuhan sangat penting dan tidak boleh diabaikan, dan harus dilengkapi dengan ketaatan kepada Tuhan (Yakobus 1:22-25).

Bukan berarti kesaksian iman orang lain tidak penting. Tapi, itu bukanlah yang terpenting dalam pertumbuhan iman kita. Study Alkitab dengan benar itulah yang terpenting. Tanpa memahami dan melakukan firman Tuhan dengan benar, kita tidak akan bertumbuh dengan benar di dalam Tuhan.

Semoga kebenaran ini mendorong kita untuk ‘bergairah’ mempelajari dan melakukan firman Tuhan.

Tidak ada komentar:

Google
WWW Blog ini